Saturday, May 14, 2011

KEPADA KEKASIH MEI - SATU DOBRAKAN MASSA

1 Mei disambut oleh setiap warga buruh dunia dengan kecamukan yang tersendiri. Buruh walau di mana tempatnya di dunia ini adalah golongan dengan pasrah dengan kudrat yang diberi. Ternyata buruh mendambakan sesuatu yang lebih baik dari yang kudrat yang diterima selama ini. Bagi Dewi Nova Wahyuni, ada sesuatu yang tidak beres telah berlaku dalam pengendalian sistem buruh terutamanya perempuan. Kerana inilah yang diperlihatkan dalam sajak Kepada Kekasih Mei-nya ini.

Kepada Kekasih Mei

Kekasih, ingatkah
waktu surat merahmu kau kibarkan
jiwaku kertas terbakar
hangus dalam pikiranmu
tentang perdagangan
yang mencinta upahnya

Demi kopi yang kita hirup bercangkir-cangkir
bicaramu merampas hati lelaki muda
kau terbang seperti inspirator

Telah kulihat
batu-bata yang kau susun
untuk mengusung mimpimu

Jika revolusi itu lahir
aku akan mencium benderamu
untuk setitis air mata yang dimiskinkan

Kekasih, ingatkah
ketika kau cium betisku
berapa buruh perempuan
tak berwaktu bertemu pujaan
tak berbadan sihat untuk bercinta

Kekasih, ingatkah
waktu bibirmu di antara pahaku
berapa buruh perempuan
tak mampu merapat badan
saling melilit seperti kita

Para pemilik uang
memperkosa badan - fantasinya
tak jumpa cara
mencari adil
menempuh sembuh

Kekasih...
ingatlah betisku, setiap kali kau susun batu bata
samak mimpimu untuk kemerdekaan tubuh dan hidup buruh perempuan
ingatlah setubuh kita
pada setiap manifesto yang kau tulis

Ajari sistemmu
untuk berbuat malu, mematikan perempuan
bawa baramu
pada pengadilan, penyembuhan buruh perempuan

Kekasih merahku...
tak ada sistem sempurna
yang merapatkan hidup perempuan
sepenting kegilaan utopismu

Dengan dan hitung suara-suara penipuan
pada meja-meja merah keputusan

Hanya dengan itu
kita akan bertemu di ranjang
tempat kuciumi
sekujur tubuh dan pikiranmu


Bangkok
4 Mei 2009
Edited 1 Mei 2011

Memang agak vokal suaranya. Tetapi memang itulah suara penyair perempuan pemberani ini, Dewi Nova Yahyuni. Ini bukan pertama kalinya Dewi Nova sevokal ini kerana melalui Burung-Burung Bersayap Air ( JAKER, Jakarta, 2010 ) suara sedemikian  telah dilantunkan. Dewi dengan berani menyatakan,

kekasih, ingatkah
ketika kau cium betisku
berapa buruh perempuan
tak berwaktu bertemu pujaan
tak berbadan sihat untuk bercinta

kekasih, ingatkah
waktu bibirmu diantara pahaku
berapa buruh perempuan
tak mampu merapat badan
saling melilit seperti kita

189 negara PBB setuju melaksanakan delapan keberadayaan pembangunan antaranya menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan tenaga perempuan. Perempuan adalah kaum terpidana yang selalu menjadi mangsa pembangunan masyarakat di seluruh dunia. Ini terjadi sejak zaman berzaman. Ketika zaman feudal Rome, perempuan dianggap seperti binatang yang diperhambakan oleh lelaki. Zaman jahiliah Arab, anak perempuan dibunuh kerana memberi malu kepada keluarga. Sehingga datang Islam yang menyelamatkan perempuan, perempuan berada dikedudukan mulia di sisi Islam. Namun, apabila dunia kembali terbelunggu oleh jatah kebinatangan dan kehewanan, perempuan jatuh kembali ke lembah paling hina. Diperdagangkan seperti binatang, barang perusahaan, perempuan juga merupakan buruh yang ditulanggangi seenaknya. Ketika para pemodal dan pemilik uang melilit tubuhnya di celah kelangkang perempuan, perempuan lain sedang didobrak tenaganya di celah susunan batu bata.

Dewi Nova menyatakan harapannya,

jika revolusi itu lahir
aku akan mencium benderamu
untuk setiap air mata yang dimiskinkan

Itu harapan penyair. Namun ada kesinisan dan kontradiksi di sini apabila Dewi menyatakan.

kekasih..
ingatlah betisku, setiap kali kau susun bata bata
samak mimpimu untuk kemerdekaan tubuh dan hidup buruh perempuan
ingat setubuh kita
pada setiap manifesto yang kau tulis

Ketika kaum sejenisnya dilanjan begitu rupa, perempuan juga seakan merelakan dirinya diperkosa untuk sedikit harapan pembebasan perempuan. Lihatlah betapa murahnya perempuan, apabila Dewi berkata,

ingatlah setubuh kita
pada setiap manifesto yang kau tuliskan

Ini suara perempuan bukan? Suara perempuan yang ingin dibebaskan! Lama dulu Rendra pernah menyatakan penasarannya.

Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta

Pelacur-pelacur kota Jakarta
dari kelas tinggi dan rendah
telah diganyang
telah dihura-hara
Mereka kecut
keder
terhina dan tersipu-sipu
...

Wahai, pelacur-pelacur kota Jakarta
sekarang bangkitlah
sanggul kembali rambutmu
kerana setelah menyesal
datanglah kini giliranmu
bukan untuk membela diri melulu
tapi untuk melancarkan serangan

Dengan tegas, Rendra telah melancarkan serangannya terhadap diskriminasi kaum perempuan. Pelacur-pelacur kelas tinggi dan rendah. Berstatus juga rupanya golongan pelacur atau nama manis ' pekerja seks ' ini. Ada kelas tinggi dan kelas rendah. Apakah ada juga buruh berkelas tinggi dan rendah? Buruh dengan sendirinya bersignifiken kelas bawah!

Dewi sebenarnya bercakap atas realiti hari ini. Siapakah pengubal acara dalam membrandal semua kebejatan posisi ini.

kekasih merahku..
tak ada sistem sempurna
yang menempatkan hidup perempuan
sepenting kegilaan utopismu

dengar dan hitung suara-suara perempuan
pada meja-meja merah keputusan

hanya dengan itu
kita akan bertemu di ranjang
tempat kuciumi
sekujur tubuh dan pikiranmu

Itulah hasrat perempuan. Mereka tahu bahawa keputusan berada di tangan kaum pemodal ( pejantan ) dan mereka menyogokkan kelemahan pejantan ini dengan kelemahan nafsu. Sistem harus ditulis dan diputuskan di atas ranjang ketika semua akal lesap di celah kelangkang perempuan. Sangat ironisnya dunia gembala hewan. Di tangan merekalah perempuan mahu dibebaskan dan diberi sedikit kemanusiaan.

Saya sangat teruja dengan topik buruh perempuan yang diajukan Dewi Nova Wahyuni ini. Sebagai pengamat sosial yang bergerak di rantau Asean, Dewi Nova telah menemukan kesengsaraan. Beliau telah menemui segala keburukan kerja perempuan di negaranya, di kota-kota besar seperti Jakarta, Aceh, Kuala Lumpur, Bangkok, Singapura dan Manila. Sudah tentu itu yang dilihat di depan mata, belum lagi yang tersorok di negara-negara Timur Tengah, Hong Kong. China Taipei, Jepang dan merata tempat buruh perempuan Indonesia dibekalkan. Bukan  sedikit perkabaran menyatakan buruh perempuan ini diperhambakan seperti binatang. Diperkosa majikan, diperlaku tidak seperti manusia dan sebagainya. Ironisnya, mereka terdera oleh kaum sejenisnya. Ketika kaum pemodal lahab berselingkoh, kaum perempuan jatuh martabatnya. Di manakah kesaksamaan. Di manakah keadilan sosial yang setiap tahun diperbaharui keampuhannya? Inilah dambaan penyair.

Saya kira, perempuan sendiri tidak bersatu dalam hal ini. Ya, ketika jutaan buruh perempuan terdera, jutaan pelacur kelas tinggi dan rendah, tersimpuh di bawah lelaki. Mereka memperhambakan diri serendah-rendahnya sebagai manusia. Mereka menanggapi bahawa mereka adalah raja yang dapat menunduk dan menguasai lelaki. Mereka antaranya berkedudukan tinggi sebagai jabatan. Siapakah di antara mereka yang menubruk perempuan buruh kelas bawahan ini. Mereka adalah perempuan sendiri. Dewi Nova telah menyuarakan kebimbangannya. Dewi Nova telah merendah sedemikian bawah untuk memohon keprihatinan yang sewajar. Saya kira itu kemampuannya, menghadiahkan sebuah gejolak batin di hari buruh yang dirayakan oleh seluruh warga dunia pada 1 Mei ini. Selebihnya, kitalah yang akan menentukan segala-galanya. Selamat Hari Pekerja..

No comments:

Post a Comment