Achdiat dilahirkan pada 6 Maret 1911 di Cibata, Garut, Jawa barat, Indonesia. Dia dididik di Algemena Middelbare School ( AMS ) Solo, Jawa Tengah ( 1932 ) dan Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia ( 1948-1950 ) Kerjayanya adalah dosen Kesusastraan Moden di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia ( 1954-19621 ) Direktor Balai Pustaka, Ketua Inspreksi Kebudayaan Jakarta Raya ( 1960 ) reduktor majalah Gelombang Zaman, Spektra, Pujangga Baru, Kontrontasi dan Indonesia. Achdiat berhijrah ke Australia sebagai dosen Kesusastraan Indonesia di Australia National University, Canberra, Australia ( 1961-1988 )
Beliau telah menghasilkan 4 buah kumpulan cerpen, 2 buah drama, dan 2 novel iaitu Etheis ( 1949 ) dan Debu Cinta Bertebaran ( 1973 ) Kumpulan cerpennya ialah Keretakan dan Ketegangan ( 1956 ) Kesan dan Kenangan ( 1960 ) Belitan Nasib ( 1975 ) Pembunuh dan Anjing Hutan ( 1975 ) Pak Dullah in Extremis ( drama, 1977 ) Bentrokan Dalam Asrama ( drama, 1952 ) Buku non-fiksinya ialah Polemik Kebudayaan ( 1948 ) dan Religi Sosial ( 1950 - terjemahan karya M.K. Ghandi )
Ketika muncul Achdiat di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki siang itu sekitar Desember 2004, Aki, lelaki tua itu dipimpin oleh Rosihan Anwar, " Aki ketimbang balapan dengan umur.." katanya. Aki yang menurutnya lahir dari golongan menak, iaitu golongan kelas dua, memang menyertai gerakan progresif dan juga regilius. Pernah menyertai Partai Sosialis Indonesia dan mempelajari tarekat aliran Qadariyah Naqsabandiyah juga mempelajari filsafah kepada Pater Dr Jacob S.J. dan Prof Dr. R.F. Beerlin di Universiti Indonesia. Siang itu mulutnya mengumumkan tentang novel barunya. Jodolnya Manifestasi Khalifatullah. Sebuah karya yang reletif panjang untuk cerpen tetapi agak pendek untuk novel. Barangkali novelet iaitu karya di bawah 100 halaman surat. Karya terbaru Aki berinti ketidaksetujuan atas sekularisme yang menyepelekan Tuhan. Katanya yang berkecenderungan sosialisme religius. Katanya, 40 tahun Aki di Canberra, banyak teman-temannya yang etheis, setengah etheis atau sekurang-kurangnya tidak peduli Tuhan. Sebuah dekomentari pendek mengenai kehidupan sehari-harian Achdiat pernah dibuat oleh Tinuk Yampolski berjodol Suara dari Jaman Pergerakan. Teman-teman karyanya di Indonesia dulu seperti Sutan Takdir Alisjbana, Sanusi Pane, Poerbatjaraka, Adinogoro, Ki Hajar Dewantara atau Dr Sutomo misalnya sudah lama meninggal. Hanya Achdiat saja yang balapan usia. Itulah Tuhan menganugerahkan sesuatu kepada umatnya langsung dapat dikiprahkan kepada manusia lainnya. Aki atau Achdiat K. Mihardja meninggal dunia tanggal 8 Juli 2009 di Canberra, Australia dalam usianya 99 tahun.

Achdiat merenung sastra Indonesia dari jauh..
No comments:
Post a Comment