Thursday, January 10, 2013

CINTA DI LORONG WAKTU : SEBUAH BIOGRAFI CINTA ORANG TUA

 dr. free hearty
CINTA DI LORONG WAKTU : SEBUAH BIOGRAFI CINTA ORANG TUA


Ternyata penulis begitu menghayati ceritanya sehingga perjalanan plotnya begitu lancar dengan nada melankoliknya. Tentang kasih sayang, cinta dan kebersamaan hidup dalam sebuah rumahtangga di usia tua. Cinta yang disulam dalam usia 40an bagi sang pratagonis dan 60an bagi pasangannya. Ini bermakna, kedua-dua pasangan ini pernah menjalani kehidupan rumahtangga yang dirasakan tiada apa-apa keindahannya. Sebuah kehidupan rumahtangga yang biasa-biasa saja. Dan perkahwinan yang kedua bagi kedua pasangan ini, tiba-tiba mengujudkan suasana yang liar biasa.

Sekiranya perkahwinan pertama kebutuhan seksual hanya sebagai kebutuhan biologi ( yang telah melahirkan banyak anak ) seksual kali kedua ini benar-benar dinikmati. Lihatlah bagaimana libido kenikmatan itu cuba dipaparkan di sini.

" Apakah kamu mau tidur di sebelah kiri atau kanan? Bagaimana sebaiknya aku memelukmu? Kamu mau pakai selimut atau tidak malam ini? " Ini pertanyaan yang hampir setiap malam diajukan kepadaku. Dia tidak pernah lupa bertanya, dan aku tidak pernah bosan mendengar pertanyaan itu. Dia tahu aku lebih memilih tidak pakai selimut, bahkan hampir tidak menggunakan apa-apa walaupun kamar begitu dingin ( hal. 23 )

Selepas babak-babak selanjutnya cerita dimulakan dengan imbas kembali ( flashback )
Apakah cinta di usia tua lebih bugar dan membahagiakan? Tidak dinafikan itu. Cinta di usia muda banyak dibutuhkan bagi keperluan sandang pangan, untuk keperluan tempat tinggal, membesarkan anak-anak dengan segala kebutuhan materinya yang sangat besar dan langka. Cinta di usia tua bagaikan fantasi. Kedut muka, rambut yang memutih di kepala atau semakin luruh dan membotak, perut yang buncit dengan tubuh yang bersarang segala aneka penyakit, bukanlah apa-apa bagi mereka yang bercinta. Cinta membuat orang jadi gila. Usia baginya hanya angka-angka.

Martias, sang lelaki yang aristokrat dan borjuis. Sang feminin ( pratagonis ) yang sudah berkaryawan, sudah tidak memikirkan tentang biaya kehidupan dan kebutuhan ongkos. Tentang gila dalam bercinta, ini dapat dilihat dari paparan di Terminal Bus Rawamangun.

" Kamu tahu, tidak pernah dalam hidupku menunggu orang di terminal bus seperti ini. Sekali menunggu malah sampai hampir 4 jam. Cinta memang gila, telah membuat aku gila " kata Martias tanpa nada kesal atau sesal ( hal. 33 )

Aku menikmati setiap menit dan detik yang kulalui bersama kekasih. Aku seakan kehilangan waktu. Kami seperti berburu dengan waktu. Seperti anak muda, kami keliling Dunia Fantasi, Ancol. Kami menaiki semua wahana, tanpa lelah, tanpa takut patah. Kami kembali bermain seperti kanak-kanak penuh suka dan ceria ( hal. 34 )

Kesukaan, kegembiraan menyebabkan manusia berdoa untuk menikmati selama-lamanya. Juga memohon untuk mati bersama. Lihatlah bagaimana permohonan itu dipintakan.

" Maukah kamu kalau kita mati bersama dalam bencana? Pesawat atau bom meledak, mobil menabrak, gempa bumi, tsunami, kereta api anjlok, ataukah kita minum racun berdua? " ( hal. 37 )

Namun, lidah yang tidak bertulang itu, tidak seperti pemikiran rasional. Lalu alasan-alasan formal selalu diberikan.

" Kalau boleh aku meminta, aku ingin pergi lebih dahulu. Aku tak bisa membayangkan sendiri tanpa kamu " kata sang pratagonis merenggek saat itu ( hal. 34 )

Lantas lelakiku terbahak dan semakin mendakap erat. Bercanda selalu mewarnai hidup kami. Berdoa selalu pula dilakukan bersama. Ah, kekasihku ternyata pergi sesuai dengan pintanya. Dia berangkat dengan tersenyum, tenang, dan damai di tempat tidur, tanpa merepotkan orang lain. Dan aku menunggu takdirku. Tuhan, beri hamba kesempatan menyusul dengan cara yang sama apabila saatnya tiba ( hal. 34 )

Cinta menghidupkan semula semua yang telah mati. Martias kecewa setelah lama tidak menggunakan alat vitalnya ( alat kelamin ) Keupayaan untuk berjuang di lautan luas bersama sang pratagonis, akan melumpuhkan egoisnya. Lalu sang pratagonuis yang bukan hanya hidup untuk cinta, tetapi butuh juga kenikmatan seksual berumahtangga, mengajak Martias ke dokter. Konklusi sang dokter mengejutkan Martias, alat vitalnya akan kembali berfungsi apabila selalu dirangsang. Ibu harus merangsangnya dengan tekun dan sabar. Lebih baik kalian cepat bernikah agar ketelodaran alat vital Martias kembali aktif, kata sang dokter ( hal. 49 )

Malam pertama sungguh sangat berkesan. Dia selalu berkehendakkan mengulang kembali keberhasilan dan capaian yang telah dia buat. Dia kembali merasa sangat perkasa. Kami berdua beriringan melayang menuju puncak. Kami berguling dan bergulung di dalamnya. Alangkah indah. Alangkah mesra dan alangkah nikmatnya.

Cinta orang tua tidak memikirkan kebutuhan yang berlebihan. Dinas, sara hidup, mobil dan sebagainya itu. Seksual dinikmati dengan penuh pengalaman dan eksperiman kebrontalan.

Hidup bukan untuk derita dan bahagia juga bukan untuk selamanya. Kehidupan seperti pasang surut air di kuala dan rumahtangga juga akan digoyang oleh perbedaan yang semakin ketara dari masa ke semasa. Perbedaan hanya akan selesai dengan kepala dingin.

" Kita harus berhati-hati melangkah. Banyak hambatan yang kita akan temui. Kamu tahu, orang sering bahagia melihat kita berduka, sebaliknya berduka karena orang lain bahagia. Ada lagi yang kamu harus tahu, keberuntungan membuat kita mendapatkan banyak sahabat, tapi kemalangan membuat kita mendapat sahabat sejati " ( hal. 64-65 )

Kecintaan Allah beda dengan kecintaan manusia. Kecintaan Allah selalu mencoba dengan cobaan-cobaan agar cinta lebih teguh dan nikmat. Kecintaan manusia memberi kelalaian yang merugikan. Sang pratagonis merasakan  bahawa kecintaan lelaki suaminyua itu adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Tetapi Allah merasakan bahawa kecintaan itu telah merampas haknya sebagai pencipta yang harus dicintai hambanya. Maka direbutnya kasih itu dari sang pratagonis yang hampir-hampir melumpuhkan. Namun sang pratagonis bangun tegar, merasakan bahawa kasih sayang Allah lebih berhak. Dan pratagonis pun  memperbaiki dirinya.

Satu kasih sayang Allah ditunjukkan kepada pratagonis. Satu kecelakaan yang menyebabkan mobilnya ketabrak benteng jalan. kalau dilihat dari rupa mobil itu, ternyata pemandunya sukar dipercayai selamat. Tapi, kekuasaan Allah menyebabkan sang pratagonis selamat tanpa kecelakaan berat. Hanya pada dalaman dadanya sedikit kederat. Kematian kekasih tercinta rupanya mengembalikan cinta hakiki kepada tuhannya.

Free Hearty penulis novel ini bukan sekadar bercerita dan berbagi pengalaman. Kalau kita kembali kepada al-Quran sebagai sumber fikir dan ilmu, sastra yang baik adalah menjurus kepada kebaikan tersebut. Analisis terhadap kajian ilmu fikir menunjukkan teori ilmu dalam al-Quran memberi tumpuan utama kepada persoalan keyakinan, merujuk kepada fenomina semula jadi, sejarah dan juga dalam penghayatan diri seseorang ( Syed Muhamad Dawilah al-Edrus, 1993: 1 )

Saya rasa Free Heaty sadar akan hal ini. Beliau bukan hanya merajut tentang bagaimana mencintai lelaki yang disukainya tetapi bagaimana harus mengabadikan kecintaan tersebut. Khalil Gibran merumuskan cinta sebagai yang tumbuh dalam perpaduan kenaifan dan ghairah masa muda, memuaskan dirinya dengan cara memiliki, dan tumbuh dengan pelukan. Tetapi, cinta yang dilahirkan dalam pengakuan cakrawala bersama segala rahasia alam, tidak akan pernah puas dengan apa pun selain keabadian dan kelestrian : ia tidak bersimpuh dan patuh pada apa pun selain Tuhan ( 2004 : 27 )

Kenapa manusia hidup memerlukan cinta. Apakah sebenarnya cinta itu? Manusia sering lari dari hakikat sebenar pencarian cinta. Penciptaan manusia dengan naluri sehingga manusia berhajat kepada agama, telah merangkai fitrah manusia dengan watak agama ini, keduanya cipta Allah, keduanya sesuai dengan undang-undang wujud, keduanya saling memerlukan. Allah menciptakan hati manusia dan mencurahkan eke dalamnya hati itu agama ini, agar hati menjadi baik, sihat, tenteram dan damai. Allah Maha Mengetahui akan ciptaannya.

peluncuran novel cinta di lorong waktu - free hearty bersama teman-teman penulis
Menurut Sides Sudyarto DS, kaum penganut materialisme ( serba benda ) bilang bahwa kematian adalah batas kehidupan sebaliknya kaum idealisme mengatakan kematian bukan segala akhiran. Gejolak inilah yang sebenarnya mahu dipaparkan. Sebelum menemukan cinta Martias, kehidupan sang pratagonis seakan tiada indahnya. Apabila Martias mengisinya dengan nafsu ( seks dan hiruk pikuk luarannya ) kebutuhan jiwanya seakan terisi. Kasih sayang hanya tertumpu pada tubuh manusia yang emperialitis. Cinta kepada hakiki langsung tidak ada, kalau adapun hanya sekadar mengucapkan syukur dan terima kasih. Memadaikah dengan pemberian Allah yang begitu banyak? Sebab itulah apabila kebahagiaan itu direguknya, ia seakan kumus yang hapus luluh. Namun akhirnya sang pratagonis kembali menemui Tuhannya. Ini dapat dilihat dari kenyataan ini.

Aku terpekur mengenang kekuasaan Tuhan. Sekecil apa pun perbuatan manusia tidak akan luput dari penglihatan-Nya. Mengapa manusia tidak memiliki rasa kasih terhadap ciptaan-Nya yang lain. Hamba sungguh haus akan sapaan dan sentuhan-Mu kembali. Engkau telah mengajar dan menyadarkanku tentang banyak hal dan membuatku terjerebab jatuh mengejar cinta-Mu, ya Allah. Berkati dan ridhoi hamba-Mu dan memperoleh cinta abadi dari-Mu. Perkenankan hamba, ya Allah, agar menjadi kekasih-Mu selamanya. Amin ( hal. 283 )

Sesungguh fitrah manusia akhirnya kembali kepada sang Pencipta. Ini diakui oleh Free Hearty setelah mengembara melanglang buana.